Loading Now

Andaliman: Si Lada Batak yang Mendunia

Andaliman, rempah khas dari kawasan pegunungan Sumatera Utara, semakin menarik perhatian tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di panggung internasional. Dikenal sebagai “lada Batak”, andaliman menjadi bahan utama dalam berbagai masakan tradisional seperti arsik, naniura, dan saksang, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Batak.

Tanaman ini tumbuh liar di dataran tinggi seperti di daerah Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan sekitar Danau Toba. Andaliman memiliki cita rasa unik: pedas, getir, dan memberikan sensasi kebas di lidah yang mirip dengan Sichuan pepper dari Tiongkok. Karena itu, banyak pakar kuliner menyebut andaliman sebagai “Sichuan pepper-nya Indonesia”.

Menurut Dosen Pertanian dari Universitas Sumatera Utara, Dr. Rosmawaty Siregar, andaliman memiliki potensi besar dalam industri rempah dunia. “Kandungan senyawa aktif seperti sanshool di dalam andaliman bukan hanya memberi rasa unik, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan, seperti meningkatkan sirkulasi darah dan memiliki sifat antioksidan.

image Andaliman: Si Lada Batak yang Mendunia

Sayangnya, potensi besar ini belum sepenuhnya dimaksimalkan. Produksi andaliman masih terbatas karena tanaman ini belum banyak dibudidayakan secara intensif. Sebagian besar petani masih mengandalkan tanaman liar, yang jumlahnya semakin berkurang akibat alih fungsi lahan dan perubahan iklim.

Pemerintah daerah di Sumatera Utara kini mulai mengambil langkah-langkah untuk melindungi dan mengembangkan produksi andaliman. Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara pada awal tahun 2025 meluncurkan program “Andaliman Toba” yang bertujuan membudidayakan tanaman ini di lahan-lahan rakyat, sekaligus memberi pelatihan kepada petani tentang teknik pertanian berkelanjutan.

“Program ini bertujuan tidak hanya menjaga keberadaan andaliman, tapi juga meningkatkan pendapatan petani melalui ekspor,” ujar Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara, Ir. Hendra Simatupang. Ia menambahkan bahwa negara-negara seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat mulai menunjukkan minat terhadap andaliman sebagai alternatif rempah yang eksotis.

image-1 Andaliman: Si Lada Batak yang Mendunia

Di sisi lain, para pelaku UMKM di sektor kuliner dan herbal juga mulai memanfaatkan andaliman sebagai bahan inovasi produk. Di Medan, kini mulai banyak dijual sambal andaliman dalam kemasan, keripik andaliman, hingga teh herbal andaliman. Produk-produk ini dijual tidak hanya di dalam negeri, tapi juga melalui platform e-commerce ke luar negeri.

Chef Yuda Bustara, dalam sebuah acara kuliner di Jakarta, menyebut andaliman sebagai salah satu “hidden gem” kuliner Indonesia. “Kita punya banyak rempah eksotis, dan andaliman itu salah satu yang paling unik. Aromanya khas, dan bisa diolah dalam banyak bentuk—bukan cuma masakan Batak,” ungkapnya.

Dengan kolaborasi antara petani, pemerintah, pelaku usaha, dan akademisi, andaliman berpeluang besar menjadi ikon baru rempah Indonesia di mata dunia. Diharapkan, dalam beberapa tahun ke depan, nama andaliman akan sejajar dengan rempah-rempah besar Indonesia seperti pala, cengkih, dan lada.

Post Comment